
Rattlesnakeranchcafe.com – kita telah kilas balik kejadian ekonomi apa yang terjadi sepanjang satu tahun terakhir. Dimulai dari perselisihan geopolitik Rusia-Ukraina, Index Harga Saham Kombinasi (IHSG) yang jeblok saat Bank Sentra AS The Fed meningkatkan suku bunga, sampai inflasi yang tinggi, dan rumor resesi.
Nach, dari semua kejadian itu, bagaimana efeknya dengan asset investasimu? Yok kita ulas dampaknya pada perform beragam tipe reksa dana dan Surat Bernilai Negara (SBN) pada tahun 2022 ini!
Reksa Dana Pasar Uang

Dari diagram gerakan RDPU di atas dengan memakai feature “Bandingkan” di program Bibit, kita dapat menyaksikan jika walau kondisi pasar seperti ‘roller coaster’ di tahun ini, performa Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) masih tetap konstan meningkat. Ini karena RDPU tempatkan asetnya pada produk instrument pasar uang seperti deposito dan obligasi dengan jatuh termin kurang dari 1 tahun.
Nach, asset dalam RDPU seperti deposito mempunyai bunga yang telah diputuskan pada awal dan tidak berbeda sampai periode jatuh tempo. Tersebut penyebabnya gerakan RDPU tidak begitu dikuasai oleh fluktuasi pasar. Jadi RDPU ini pas buat kamu yang ingin melakukan investasi periode pendek (kurang dari satu tahun) atau investor yang mempunyai profile resiko konvensional.
Reksa Dana Obligasi

Berdasar perform produk Reksa Dana Obligasi (RDO) pada gambar di atas, kelihatan jika gerakannya fluktuatif. Ini karena RDO berisi minimum 80% instrument obligasi yang dapat dijualbelikan, hingga harga dapat turun atau naik. Maka dari itu, gerakan harga reksa dananya terefleksikan dari gerakan harga obligasi.
Kita dapat menyaksikan gerakan harga obligasi dari diagram Index Obligasi Komposit (ICBI) alias index Obligasi Indonesia di dalam 1 tahun akhir (garis ungu), di mana harga sempat alami pengurangan yang cukup dalam disekitaran bulan April-Mei 2022.
Harga obligasi ini satu diantaranya dikuasai oleh harapan suku bunga Bank Indonesia (BI). Sama seperti yang diterangkan dalam minggu kemarin, saat Bank Sentra AS The Fed memilih untuk menaikkan suku bunga secara agresif sejumlah 50 bps jadi 0,75-1% pada Mei 2022 karena inflasi yang tinggi. Ini mengakibatkan harapan pada suku bunga BI naik.
Hingga saat harapan suku bunga BI naik, karena itu harga obligasi akan turun. Berikut yang tercermin di diagram ICBI atau diagram perform RDO di bulan April-Mei 2022.
Tetapi pada beberapa bulan akhir mendekati tahun akhir (Oktober-November 2022), harga obligasi kembali memperlihatkan kenaikan.
Ini karena harapan pada suku bunga mulai turun bersamaan dengan menerpainya inflasi. Dengan begitu harga obligasi naik, hingga perform RDO juga turut tergerak naik.
Nach karena gerakannya condong turun-naik, karena itu RDO menjadi opsi untuk investor dengan profile resiko moderat atau untuk maksud keuangan periode menengah (1-5 tahun).
Reksa Dana Saham

Dari diagram di atas, diperlihatkan gerakan Reksa Dana Saham (RDS) yang paling fluktuatif. Ini karena RDS tempatkan asetnya minimum 80% di saham, hingga gerakannya benar-benar dipengaruhi oleh turun-naiknya harga saham yang diperjualbelikan tiap hari bursa. Gerakan harga beberapa saham dalam RDS tercermin dari Index Harga Kombinasi (IHSG) pada diagram di atas dengan garis warna ungu.
Disekitaran bulan Mei 2022 saat Hari Raya Idul Fitri, kembali lagi karena ada peningkatan suku bunga oleh The Fed dan tingginya inflasi jadi sentimen negatif pasar yang membuat IHSG jeblok ke tingkat 6.819 pada 10 Mei 2022. Lalu kemudian, disekitaran Juli 2022 sempat turun karena ada sentimen inflasi tinggi yang terjadi di Indonesia. Disamping itu di Oktober 2022, rumor krisis global membuat kecemasan di pasar dan IHSG kembali turun. Tetapi walau IHSG alami seringkali pengurangan, pada akhirannya IHSG akan berangsur naik lagi.
Jadi tidaklah heran jika gerakan RDS demikian naik-turun sejauh 2022 ini. Karena ada beragam serangkaian kejadian makro ekonomi yang berpengaruh pada gerakan market. Karena gerakannya yang paling naik-turun berikut yang membuat RDS lebih pas jadi opsi investasi untuk investor dengan profile resiko agresif atau arah keuangan periode panjang (lebih dari 5 tahun).
Surat Bernilai Negara (SBN)

Secara bersejarah, nilai coupon SBN pertama kalinya dijajakan umumnya semakin tinggi dibanding suku bunga referensi Bank Indonesia (BI). Terutama bagi tahun ini, BI telah meningkatkan suku bunga sekitar 4x dengan keseluruhan peningkatan sejumlah 1,75%, yakni dari 3,5% jadi 5,25%. Sebagai deskripsi, berikut ialah tabel penerbitan SBN sejauh 2022 dan nilai coupon dan perbandingannya dengan suku bunga BI saat penyeluncuran SBN terkait.
Untuk investor yang melakukan investasi pada SBN dengan tipe coupon masih tetap (fixed rate), tentu saja akan mendapat imbal hasil yang masih tetap tiap bulannya sampai jatuh termin walau suku bunga referensi turun atau naik.
Di lain sisi, peningkatan suku bunga semakin lebih punya pengaruh pada SBN yang mempunyai tipe coupon floating with floor atau mengambang dengan batasan minimum, seperti Savings Bond Retail (SBR) dan Sukuk Tabungan (ST). Karena dengan pola coupon floating with floor, maknanya coupon akan disamakan berdasar peralihan suku bunga BI tiap tiga bulan sekali dengan batasan minimal. Maka nilai coupon ini akan naik bila suku bunga BI alami kenaikan. Tetapi investor tak perlu cemas bila suku bunga BI turun, karena nilai coupon tidak turun dari batasan bawah minimum yang telah ditetapkan.
Misalnya, SBR011 yang mempunyai coupon 5,5% yang didapat dari suku bunga BI 3,5% ditambahkan spread 2%. Lalu pada 11 September 2022 – 10 Desember 2022, nilai coupon SBR011 naik karena suku bunga BI naik dari 3,5% jadi 3,75%. Hingga coupon SBR011 jadi 5,75% yang didapat dari 3,75% ditambahkan spread 2%.
Selanjutnya pada masa seterusnya yakni 11 Desember 2022 – 10 Maret 2022, nilai coupon SBR011 akan naik kembali karena suku bunga BI per November 2022 ada di 5,25%. Hingga coupon SBR011 bisa menjadi 7,25% (suku bunga BI 5,25% ditambahkan spread 2%).
Kesimpulan
Sejauh 2022 ini, ada beberapa kejadian atau sentimen dari makro ekonomi baik dalam atau luar negeri yang memengaruhi gerakan asset investasi. Yang paling dipengaruhi diantaranya ialah Reksa Dana Obligasi dan Reksa Dana Saham, karena asetnya (obligasi dan saham) yang berfluktuasi.
Dan gerakan Reksa Dana Pasar Uang condong konstan bertambah, karena asetnya ditaruh pada produk instrument pasar uang yang jatuh termin kurang dari 1 tahun. Di lain sisi, sejauh 2022 ini, nilai coupon SBN terus alami peningkatan tiap penerbitannya, dimulai dari penyeluncuran ORI021 sampai ST009.
Jadi bagaimana dengan perjalanan investasimu tahun ini? Mudah-mudahan masih tetap semangat untuk melakukan investasi pada tahun mendatang! Yang terpenting ialah terus stabil investasi untuk capai arah keuangan dan samakan opsi instrument investasi dengan profile resiko kamu ya!
Bicara mengenai tahun mendatang, bagaimana nih resolusi buat 2023? Sudah setting goal investasi baru atau masih lanjutin dari yang tahun ini? Stay tuned!
Leave a Reply